Skandal Yang Membawa Berkah, Membawa Italia Tantang Spanyol
Italia sukses melangkah ke final Piala Eropa 2012 dan berhak menantang sang juara bertahan
Spanyol. Olympic Stadium di Kota Kiev, Ukraina pada Minggu 1 Juli 2012,
akan menjadi saksi tim mana yang pantas menyandang status terbaik di
Benua Biru.
Spanyol memulai turnamen ini sebagai tim favorit juara. Kontrasnya, sang lawan, Italia justru tak banyak diunggulkan akan mampu tampil sebagai kampiun. Maklum, sebelum turnamen bergulir, performa Italia sangat fluktuatif. Ditambah dengan terkuaknya skandal pengaturan skor yang kembali mencoreng sepakbola negara semenanjung itu.
Namun, Italia kembali menunjukkan sebagai negara spesialis turnamen. Di Polandia dan Ukraina, Azzurri menjelma menjadi raksasa yang sulit ditaklukkan. Dan Jerman yang notabene nya menyandang tim favorit menjadi korban terakhir Mario Balotelli dan kawan-kawan. Jerman ditekuk Italia 2-1 di laga semifinal.
Namun jika ada yang beranggapan skandal pengaturan skor menjadi salah satu masalah yang merusak konsentrasi Italia, berarti tidak mengetahui sejarah Italia. Tidak bisa disangkal jika skandal kerap menjadi seperti keberuntungan bagi Italia menjalani turnamen resmi.
Tercatat, Italia dua kali sukses merengkuh gelar bergengsi kala dililit skandal seperti ini. Kesuksesan pertama terjadi di Piala Dunia 1982. Skandal suap yang membuat tim elit Italia, AC Milan degradasi ke Serie B justru membuat Italia tampil garang dan merengkuh gelar juara Piala Dunia.
Kesuksesan kedua terjadi pada Piala Dunia 2006. Italia yang kembali diterpa skandal suap yang membuat Juventus terdegradasi, mampu tampil dominan dengan menekuk Prancis di laga puncak. Dan tampaknya sejarah kembali terulang di tahun ini.
Sebelum berangkat ke Polandia dan Ukraina, Italia diterpa kasus tidak sedap terkait skandal suap yang melibatkan sejumlah klub dan pemain. Tapi hal itu justru membuat Italia bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya dengan melibas lawan-lawan yang menghadang sejak babak penyisihan.
Layak disimak apakah skandal memang menjadi keberuntungan Italia saat menghadapi Spanyol di turnamen kali ini. Yang jelas, dengan adanya skandal, pelatih Cesare Prandelli dan pasukannya kini justru makin pede menantang La Furia Roja di partai puncak.
"Spanyol merupakan tim yang difavoritkan dan lebih konsisten. Tapi kami juga berada di final. yang terpenting sekarang, semua orang harus menunjukkan rasa hormat ketika berbicara tentang Italia," kata Prandelli dilansir Soccerway.
Spanyol Pantas Menyesal Tak Singkirkan Italia di Fase Grup
Menariknya, Spanyol dan Italia sama-sama datang dari grup yang sama yakni Grup C. Dan Spanyol sebenarnya punya peluang mencoret Italia di fase penyisihan grup. Namun, kesempatan itu tak diambil pasukan Vicente del Bosque dan justru lebih memilih 'membantu' Italia lolos ke fase berikutnya.
Pada dua laga pertama, Italia hanya mampu bermain imbang dengan Spanyol dan Kroasia. Sehingga mereka berada di posisi tiga klasemen sementara dengan raihan poin 2 dari dua pertandingan. Nasib lolos tidaknya Italia ditentukan oleh pertandingan Spanyol melawan Kroasia di laga terakhir grup.
Saat itu, Spanyol dan Kroasia hanya perlu hasil imbang untuk sama-sama lolos ke perempatfinal. Namun, Spanyol enggan 'main mata' dengan memilih membungkam Kroasia 1-0. Sementara Gli Azzurri berhasil mengalahkan Republik Irlandia dengan skor 2-0.
Italia pun menempati runner up klasemen akhir Grup C dengan poin 5, menyingkirkan Kroasia yang hanya meraih poin 4 dan berhak menemani Spanyol yang menduduki juara grup dengan torehan poin 7. Namun pelatih Spanyol, Vicente del Bosque mengaku tak menyesal telah 'membantu' Italia.
"Kami tidak pernah menyesal melewatkan kesempatan mengeluarkan Italia dari kompetisi ini. Kami juga tidak menyesali kemenangan atas Kroasia di babak grup (19 Juni lalu)," kata pelatih yang sukses membawa Spanyol sebagai kampiun Piala Dunia 2010 lalu.
Del Bosque boleh masih pede akan mampu mengatasi Italia di partai puncak. Namun, tak dipungkiri ia juga pasti akan menyesal jika Italia, tim yang telah dibantunya, justru akan menjadi pengganjal ambisi mereka menjadi satu-satunya tim yang sukses mempertahankan trofi Henry Delaunay.
"Kami punya dua hari untuk menemukan cara terbaik agar bisa mengalahkan mereka. Saya pikir pertandingan nanti peluangnya 50:50," kata Del Bosque.
Italia sendiri punya kualitas untuk mengganjal ambisi La Furia Roja di turnamen empat tahunan ini. Hal itu juga diakui Prandelli yang tampak pede akan mampu mengimbangi Spanyol di partai puncak nanti.
"Spanyol? Mereka jelas tim favorit terutama dalam hal pengalaman dan kualitas, tetapi kami siap bertarung dengan mereka. Kami telah menunjukkan respek dan kebanggaan saat mengenakan kostum ini," kata Prandelli.
Status juara bertahan dan kualitas individu pemain memang menempatkan Spanyol sebagai unggulan. Namun, menilik dari sejarah pertemuan, Italia justru berbalik lebih unggul. Dari tujuh pertemuan di kompetisi resmi internasional, Spanyol tercatat hanya sekali meraih kemenangan yakni di Piala Eropa 2008. Saat itu, tim Matador menaklukkan Italia di laga perempat final lewat drama adu penalti.
Sedangkan Italia mengantongi tiga kemenangan yakni di Piala Dunia 1934 (1-0), Piala Eropa 1988 (1-0) dan Piala Dunia 1994 (2-1). Sementara tiga pertemuan sisanya berakhir imbang, termasuk di Piala Eropa kali ini. Di laga pertama penyisihan Grup C, 10 Juni lalu, Spanyol dan Italia bermain imbang 1-1.
Final kali ini merupakan yang keempat bagi Spanyol dan ketiga untuk Italia di ajang Piala Eropa. Spanyol sudah mengantongi dua trofi juara yakni di tahun 1964 dan 2008, sedangkan Italia baru sekali mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di Benua Biru pada 1968 silam.
Italia Punya Senjata Super Mario
Selain nama gelandang Andrea Pirlo yang dianggap sebagai roh permainan, Italia punya senjata mematikan di barisan depan. Dialah 'si anak bengal' Mario Balotelli. Striker Manchester City ini akan menjadi kartu joker Italia.
"Kami tidak takut menghadapi Spanyol dan ball possession mereka. Kami sudah pernah mencetak gol ke gawang mereka, kami juga sama kuatnya dengan mereka," kata Balotelli dilansir situs UEFA.
Balotelli pantas pede menghadapi Spanyol. Terlebih striker berdarah Ghana ini kini tengah berpeluang meraih tiga gelar di Polandia dan Ukraina ini. Gelar pertama tentu saja juara Eropa. Italia berpeluang besar meraih menjadi kampiun untuk kali kedua setelah pada 1968.
Gelar kedua yang sangat potensial didapatkan Balotelli yakni Top Scorer. Sampai saat ini, striker 21 tahun ini telah mengoleksi 3 gol. Dan Balotelli nyaris tanpa saingan setelah rival terdekatnya, Mario Gomez yang juga telah mengoleksi 3 gol takkan bermain lagi menyusul tersingkirnya Der Panzer.
Maklum, Piala Eropa tak mementaskan perebutan posisi 3. Sejauh ini, pengoleksi 3 gol selain Balotelli dan Gomez yakni Cristiano Ronaldo (Portugal), Mario Mandzukic (Kroasia) dan Alan Dzagoev (Rusia). Tiga nama terakhir juga sudah tak bermain.
"Gelar Top Scorer? Kita lihat saja nanti, karena saya memang sangat ingin mencetak gol di final," kata Balotelli kepada Soccerway. "Tapi, saya tak peduli apakah bisa mencetak gol atau tidak di final nanti. Karena saya hanya ingin membawa Italia menjadi juara."
Peluang terakhir Balotelli yakni untuk mendapatkan gelar Pemain Terbaik. Satu gol striker Manchester City ke gawang Republik Irlandia yang mengantarkan Italia ke babak perempat final, ditambah dua gol Super Mario di semifinal membuatnya masuk nominasi Pemain Terbaik.
Karena itu boleh dibilang, Balotelli menjadi pemain penentu di laga-laga menentukan. Dan ia sangat berjasa membawa Gli Azzurri ke final. Rival Balotelli untuk penghargaan Pemain Terbaik justru datang dari rekan setimnya, Andrea Pirlo yang mampu menjadi otak permainan Italia.
Sedangkan rival lainnya datang dari kuartet gelandang La Furia Roja: Xavi Hernandez, Xabi Alonso, Cesc Fabregas dan Andres Iniesta. Striker Fernando Torres dan kiper Iker Casillas juga layak diperhatikan. Apalagi, jika mereka menjadi pemain penentu di final nanti. (irb)
Spanyol memulai turnamen ini sebagai tim favorit juara. Kontrasnya, sang lawan, Italia justru tak banyak diunggulkan akan mampu tampil sebagai kampiun. Maklum, sebelum turnamen bergulir, performa Italia sangat fluktuatif. Ditambah dengan terkuaknya skandal pengaturan skor yang kembali mencoreng sepakbola negara semenanjung itu.
Namun, Italia kembali menunjukkan sebagai negara spesialis turnamen. Di Polandia dan Ukraina, Azzurri menjelma menjadi raksasa yang sulit ditaklukkan. Dan Jerman yang notabene nya menyandang tim favorit menjadi korban terakhir Mario Balotelli dan kawan-kawan. Jerman ditekuk Italia 2-1 di laga semifinal.
Namun jika ada yang beranggapan skandal pengaturan skor menjadi salah satu masalah yang merusak konsentrasi Italia, berarti tidak mengetahui sejarah Italia. Tidak bisa disangkal jika skandal kerap menjadi seperti keberuntungan bagi Italia menjalani turnamen resmi.
Tercatat, Italia dua kali sukses merengkuh gelar bergengsi kala dililit skandal seperti ini. Kesuksesan pertama terjadi di Piala Dunia 1982. Skandal suap yang membuat tim elit Italia, AC Milan degradasi ke Serie B justru membuat Italia tampil garang dan merengkuh gelar juara Piala Dunia.
Kesuksesan kedua terjadi pada Piala Dunia 2006. Italia yang kembali diterpa skandal suap yang membuat Juventus terdegradasi, mampu tampil dominan dengan menekuk Prancis di laga puncak. Dan tampaknya sejarah kembali terulang di tahun ini.
Sebelum berangkat ke Polandia dan Ukraina, Italia diterpa kasus tidak sedap terkait skandal suap yang melibatkan sejumlah klub dan pemain. Tapi hal itu justru membuat Italia bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya dengan melibas lawan-lawan yang menghadang sejak babak penyisihan.
Layak disimak apakah skandal memang menjadi keberuntungan Italia saat menghadapi Spanyol di turnamen kali ini. Yang jelas, dengan adanya skandal, pelatih Cesare Prandelli dan pasukannya kini justru makin pede menantang La Furia Roja di partai puncak.
"Spanyol merupakan tim yang difavoritkan dan lebih konsisten. Tapi kami juga berada di final. yang terpenting sekarang, semua orang harus menunjukkan rasa hormat ketika berbicara tentang Italia," kata Prandelli dilansir Soccerway.
Spanyol Pantas Menyesal Tak Singkirkan Italia di Fase Grup
Menariknya, Spanyol dan Italia sama-sama datang dari grup yang sama yakni Grup C. Dan Spanyol sebenarnya punya peluang mencoret Italia di fase penyisihan grup. Namun, kesempatan itu tak diambil pasukan Vicente del Bosque dan justru lebih memilih 'membantu' Italia lolos ke fase berikutnya.
Pada dua laga pertama, Italia hanya mampu bermain imbang dengan Spanyol dan Kroasia. Sehingga mereka berada di posisi tiga klasemen sementara dengan raihan poin 2 dari dua pertandingan. Nasib lolos tidaknya Italia ditentukan oleh pertandingan Spanyol melawan Kroasia di laga terakhir grup.
Saat itu, Spanyol dan Kroasia hanya perlu hasil imbang untuk sama-sama lolos ke perempatfinal. Namun, Spanyol enggan 'main mata' dengan memilih membungkam Kroasia 1-0. Sementara Gli Azzurri berhasil mengalahkan Republik Irlandia dengan skor 2-0.
Italia pun menempati runner up klasemen akhir Grup C dengan poin 5, menyingkirkan Kroasia yang hanya meraih poin 4 dan berhak menemani Spanyol yang menduduki juara grup dengan torehan poin 7. Namun pelatih Spanyol, Vicente del Bosque mengaku tak menyesal telah 'membantu' Italia.
"Kami tidak pernah menyesal melewatkan kesempatan mengeluarkan Italia dari kompetisi ini. Kami juga tidak menyesali kemenangan atas Kroasia di babak grup (19 Juni lalu)," kata pelatih yang sukses membawa Spanyol sebagai kampiun Piala Dunia 2010 lalu.
Del Bosque boleh masih pede akan mampu mengatasi Italia di partai puncak. Namun, tak dipungkiri ia juga pasti akan menyesal jika Italia, tim yang telah dibantunya, justru akan menjadi pengganjal ambisi mereka menjadi satu-satunya tim yang sukses mempertahankan trofi Henry Delaunay.
"Kami punya dua hari untuk menemukan cara terbaik agar bisa mengalahkan mereka. Saya pikir pertandingan nanti peluangnya 50:50," kata Del Bosque.
Italia sendiri punya kualitas untuk mengganjal ambisi La Furia Roja di turnamen empat tahunan ini. Hal itu juga diakui Prandelli yang tampak pede akan mampu mengimbangi Spanyol di partai puncak nanti.
"Spanyol? Mereka jelas tim favorit terutama dalam hal pengalaman dan kualitas, tetapi kami siap bertarung dengan mereka. Kami telah menunjukkan respek dan kebanggaan saat mengenakan kostum ini," kata Prandelli.
Status juara bertahan dan kualitas individu pemain memang menempatkan Spanyol sebagai unggulan. Namun, menilik dari sejarah pertemuan, Italia justru berbalik lebih unggul. Dari tujuh pertemuan di kompetisi resmi internasional, Spanyol tercatat hanya sekali meraih kemenangan yakni di Piala Eropa 2008. Saat itu, tim Matador menaklukkan Italia di laga perempat final lewat drama adu penalti.
Sedangkan Italia mengantongi tiga kemenangan yakni di Piala Dunia 1934 (1-0), Piala Eropa 1988 (1-0) dan Piala Dunia 1994 (2-1). Sementara tiga pertemuan sisanya berakhir imbang, termasuk di Piala Eropa kali ini. Di laga pertama penyisihan Grup C, 10 Juni lalu, Spanyol dan Italia bermain imbang 1-1.
Final kali ini merupakan yang keempat bagi Spanyol dan ketiga untuk Italia di ajang Piala Eropa. Spanyol sudah mengantongi dua trofi juara yakni di tahun 1964 dan 2008, sedangkan Italia baru sekali mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di Benua Biru pada 1968 silam.
Italia Punya Senjata Super Mario
Selain nama gelandang Andrea Pirlo yang dianggap sebagai roh permainan, Italia punya senjata mematikan di barisan depan. Dialah 'si anak bengal' Mario Balotelli. Striker Manchester City ini akan menjadi kartu joker Italia.
"Kami tidak takut menghadapi Spanyol dan ball possession mereka. Kami sudah pernah mencetak gol ke gawang mereka, kami juga sama kuatnya dengan mereka," kata Balotelli dilansir situs UEFA.
Balotelli pantas pede menghadapi Spanyol. Terlebih striker berdarah Ghana ini kini tengah berpeluang meraih tiga gelar di Polandia dan Ukraina ini. Gelar pertama tentu saja juara Eropa. Italia berpeluang besar meraih menjadi kampiun untuk kali kedua setelah pada 1968.
Gelar kedua yang sangat potensial didapatkan Balotelli yakni Top Scorer. Sampai saat ini, striker 21 tahun ini telah mengoleksi 3 gol. Dan Balotelli nyaris tanpa saingan setelah rival terdekatnya, Mario Gomez yang juga telah mengoleksi 3 gol takkan bermain lagi menyusul tersingkirnya Der Panzer.
Maklum, Piala Eropa tak mementaskan perebutan posisi 3. Sejauh ini, pengoleksi 3 gol selain Balotelli dan Gomez yakni Cristiano Ronaldo (Portugal), Mario Mandzukic (Kroasia) dan Alan Dzagoev (Rusia). Tiga nama terakhir juga sudah tak bermain.
"Gelar Top Scorer? Kita lihat saja nanti, karena saya memang sangat ingin mencetak gol di final," kata Balotelli kepada Soccerway. "Tapi, saya tak peduli apakah bisa mencetak gol atau tidak di final nanti. Karena saya hanya ingin membawa Italia menjadi juara."
Peluang terakhir Balotelli yakni untuk mendapatkan gelar Pemain Terbaik. Satu gol striker Manchester City ke gawang Republik Irlandia yang mengantarkan Italia ke babak perempat final, ditambah dua gol Super Mario di semifinal membuatnya masuk nominasi Pemain Terbaik.
Karena itu boleh dibilang, Balotelli menjadi pemain penentu di laga-laga menentukan. Dan ia sangat berjasa membawa Gli Azzurri ke final. Rival Balotelli untuk penghargaan Pemain Terbaik justru datang dari rekan setimnya, Andrea Pirlo yang mampu menjadi otak permainan Italia.
Sedangkan rival lainnya datang dari kuartet gelandang La Furia Roja: Xavi Hernandez, Xabi Alonso, Cesc Fabregas dan Andres Iniesta. Striker Fernando Torres dan kiper Iker Casillas juga layak diperhatikan. Apalagi, jika mereka menjadi pemain penentu di final nanti. (irb)
Berikut hasil pertemuan Spanyol vs Italia:
31/05/34 Piala Dunia Italia 1-1 Spanyol
1/06/34 Piala Dunia Italia 1-0 Spanyol
12/06/80 Piala Eropa Italia 0-0 Spanyol
14/06/88 Piala Eropa Italia 1-0 Spanyol
9/07/94 Piala Dunia Italia 2-1 Spanyol
22/06/08 Piala Eropa Spanyol* 0-0 Italia (adu penalti)
10/06/12 Piala Eropa Spanyol 1-1 Italia
31/05/34 Piala Dunia Italia 1-1 Spanyol
1/06/34 Piala Dunia Italia 1-0 Spanyol
12/06/80 Piala Eropa Italia 0-0 Spanyol
14/06/88 Piala Eropa Italia 1-0 Spanyol
9/07/94 Piala Dunia Italia 2-1 Spanyol
22/06/08 Piala Eropa Spanyol* 0-0 Italia (adu penalti)
10/06/12 Piala Eropa Spanyol 1-1 Italia
0 komentar:
Posting Komentar