Usaha gila -gilaan calon mahasiswa untuk tes masuk perguruan tinggi di China
Lebih dari sembilan juta siswa mengikuti tes masuk perguruan tinggi di
Cina pada hari Kamis, dengan melibatkan kamar super mewah, pengasuh
bahkan infus supaya sukses dalam tes.
Hanya ada 6,85 juta kursi universitas yang ditawarkan tahun ini, sehingga kompetisi untuk institusi tersebut sangat ketat. Usaha orang untuk berbuat curang pun banyak ditemukan — sekitar 1.500 orang ditahan karena dicurigai menjual pemancar dan alat komunikasi tersembunyi.
Orangtua dan siswa tahun ini juga mengambil tindakan yang aneh tapi masih legal untuk memastikan tidak ada yang menghalangi di tes masuk yang berlangsung dua hari tersebut.
Para siswa dilaporkan diberikan suntikan sebelum tes, dan juga infus yang bertujuan untuk meningkatkan level energi mereka. Sementara itu, para siswa perempuan melakukan suntikan hormon dan menenggak pil kontrasepsi untuk menunda menstruasi.
"Terdapat situasi di mana para siswi mengonsumsi pil untuk menunda menstruasi mereka sampai tes berakhir," kata seorang ginekolog di Chaoyang Hospital, Beijing, yang menolak disebutkan namanya, kepada AFP.
Beberapa orangtua dari kalangan berada menyewa rumah yang dekat dengan 7.300 lokasi tes di seluruh negeri, sementara kamar super mewah juga ditawarkan di Tianjin, menurut surat kabar China Daily.
Kamar hotel spesial tersebut — yang tarifnya sekitar $ 126 (Rp 1,2 juta) lebih mahal dari tarif kamar biasa — telah dipesan karena sebelumnya pernah disewa oleh seseorang yang mendapat nilai tinggi di tes tersebut.
Kamar dengan nomor keberuntungan seperti enam — simbol sukses di budaya Cina, atau delapan yang menggambarkan kekayaan — juga menjadi favorit.
"Setiap tahun pasar penyewaan rumah meningkat sebelum ‘gaokao’ (sebutan untuk tes tersebut di Cina)," kata Jin Guangze, seorang guru di Beijing Experimental High School kepada China Daily.
Tes tersebut juga membuka lapangan kerja baru — gaokao bamu atau "pengasuh saat tes" — yang ditugaskan merawat siswa saat periode tes itu.
"Para pengasuh rata-rata adalah lulusan perguruan tinggi," kata Jennifer Liu, manajer marketing di Coleclub, sebuah agen pembantu rumah tangga dan telah menawarkan jasa sejak 2009.
"Mereka bertugas membantu para siswa. Memasak, mencuci pakaian, mengajari siswa dan mendukung kesehatan mental mereka," katanya kepada AFP.
Liu menolak membeberkan tarif untuk menyewa pengasuh, tetapi laporan media menyebutkan bahwa layanan tersebut bertarif sekitar 4.000 yuan (sekitar Rp 5,95 juta) untuk periode 10 hari.
Sementara itu, stasiun televisi resmi Cina, CCTV, sering kali menyiarkan saran untuk membantu siswa bersiap-siap untuk tes tersebut, dan telah memperingatkan supaya tidak curang, dengan menayangkan pengakuan dari tersangka yang tertangkap basah membantu siswa untuk curang.
Kementerian keamanan publik negara tersebut berkata, pihak kepolisian telah menangkap lebih dari 100 kelompok yang dicurigai menjual peralatan untuk curang, dengan total sekitar 1.500 orang dan menyita sekitar 60.000 peralatan komunikasi.
Pihak penyelenggara tes berkata bahwa mereka menggunakan pengacak sinyal nirkabel dan detektor frekuensi untuk mencegah kecurangan, dan juga menempatkan pemindai sidik jari untuk memastikan identitas peserta tes.
Hanya ada 6,85 juta kursi universitas yang ditawarkan tahun ini, sehingga kompetisi untuk institusi tersebut sangat ketat. Usaha orang untuk berbuat curang pun banyak ditemukan — sekitar 1.500 orang ditahan karena dicurigai menjual pemancar dan alat komunikasi tersembunyi.
Orangtua dan siswa tahun ini juga mengambil tindakan yang aneh tapi masih legal untuk memastikan tidak ada yang menghalangi di tes masuk yang berlangsung dua hari tersebut.
Para siswa dilaporkan diberikan suntikan sebelum tes, dan juga infus yang bertujuan untuk meningkatkan level energi mereka. Sementara itu, para siswa perempuan melakukan suntikan hormon dan menenggak pil kontrasepsi untuk menunda menstruasi.
"Terdapat situasi di mana para siswi mengonsumsi pil untuk menunda menstruasi mereka sampai tes berakhir," kata seorang ginekolog di Chaoyang Hospital, Beijing, yang menolak disebutkan namanya, kepada AFP.
Beberapa orangtua dari kalangan berada menyewa rumah yang dekat dengan 7.300 lokasi tes di seluruh negeri, sementara kamar super mewah juga ditawarkan di Tianjin, menurut surat kabar China Daily.
Kamar hotel spesial tersebut — yang tarifnya sekitar $ 126 (Rp 1,2 juta) lebih mahal dari tarif kamar biasa — telah dipesan karena sebelumnya pernah disewa oleh seseorang yang mendapat nilai tinggi di tes tersebut.
Kamar dengan nomor keberuntungan seperti enam — simbol sukses di budaya Cina, atau delapan yang menggambarkan kekayaan — juga menjadi favorit.
"Setiap tahun pasar penyewaan rumah meningkat sebelum ‘gaokao’ (sebutan untuk tes tersebut di Cina)," kata Jin Guangze, seorang guru di Beijing Experimental High School kepada China Daily.
Tes tersebut juga membuka lapangan kerja baru — gaokao bamu atau "pengasuh saat tes" — yang ditugaskan merawat siswa saat periode tes itu.
"Para pengasuh rata-rata adalah lulusan perguruan tinggi," kata Jennifer Liu, manajer marketing di Coleclub, sebuah agen pembantu rumah tangga dan telah menawarkan jasa sejak 2009.
"Mereka bertugas membantu para siswa. Memasak, mencuci pakaian, mengajari siswa dan mendukung kesehatan mental mereka," katanya kepada AFP.
Liu menolak membeberkan tarif untuk menyewa pengasuh, tetapi laporan media menyebutkan bahwa layanan tersebut bertarif sekitar 4.000 yuan (sekitar Rp 5,95 juta) untuk periode 10 hari.
Sementara itu, stasiun televisi resmi Cina, CCTV, sering kali menyiarkan saran untuk membantu siswa bersiap-siap untuk tes tersebut, dan telah memperingatkan supaya tidak curang, dengan menayangkan pengakuan dari tersangka yang tertangkap basah membantu siswa untuk curang.
Kementerian keamanan publik negara tersebut berkata, pihak kepolisian telah menangkap lebih dari 100 kelompok yang dicurigai menjual peralatan untuk curang, dengan total sekitar 1.500 orang dan menyita sekitar 60.000 peralatan komunikasi.
Pihak penyelenggara tes berkata bahwa mereka menggunakan pengacak sinyal nirkabel dan detektor frekuensi untuk mencegah kecurangan, dan juga menempatkan pemindai sidik jari untuk memastikan identitas peserta tes.
Gila ya padahal di indonesia ada banyak perguruan tinggi
BalasHapus